Langkah Strategis Konservasi Alam Jawa Tengah

Gunung Slamet Diajukan Jadi Taman Nasional

Gunung Slamet diusulkan jadi Taman Nasional 2025 oleh Pemprov Jateng. Kawasan tertinggi di Jateng ini habitat 28 spesies endemik burung dan Macan Tutul Jawa. Pelajari alasan konservasi, dukungan masyarakat, dan prospek penetapan status taman nasional ke-54 Indonesia.

Gubernur Jateng Resmi Surati Kementerian LHK

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah di bawah kepemimpinan Gubernur Ahmad Luthfi telah mengajukan proposal resmi kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk menjadikan Gunung Slamet sebagai Taman Nasional. Pengumuman penting ini disampaikan pada Musyawarah Perencanaan Pembangunan Wilayah (Musrenbangwil) Eks Karesidenan Pekalongan di Pendopo Kabupaten Batang, 24 April 2025.

“Surat sudah diluncurkan ke Kementerian. Kita tunggu saja hasilnya. Untuk daerah lain sudah ada, seperti di Gunung Lawu dan Merbabu,” ujar Gubernur Ahmad Luthfi dalam keterangan resminya.

Latar Belakang Usulan

Profil Gunung Slamet

Gunung Slamet merupakan gunung berapi aktif dengan ketinggian 3.432 meter di atas permukaan laut, menjadikannya gunung tertinggi di Jawa Tengah dan tertinggi kedua di Pulau Jawa setelah Gunung Semeru. Gunung ini memiliki karakteristik unik sebagai “gunung tunggal” dengan diameter terluas di Indonesia, mencakup luas vegetasi sekitar 312 kilometer persegi.

Kawasan Gunung Slamet membentang melintasi lima kabupaten, yaitu:

  • Kabupaten Banyumas
  • Kabupaten Purbalingga
  • Kabupaten Pemalang
  • Kabupaten Tegal
  • Kabupaten Brebes

Alasan Strategis

Widi Hartanto, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah, menjelaskan bahwa kajian komprehensif telah dilakukan untuk mendukung usulan ini. Beberapa pertimbangan utama meliputi:

  1. Tingginya Perambahan Hutan: Kawasan Gunung Slamet menghadapi tekanan perambahan yang mengancam kelestarian ekosistem.
  2. Konservasi Keanekaragaman Hayati: Gunung Slamet menjadi habitat penting bagi berbagai spesies langka dan endemik.
  3. Fungsi Hidrologi: Sebagai daerah tangkapan air yang vital untuk mendukung visi Jawa Tengah sebagai lumbung pangan nasional.

Kekayaan Keanekaragaman Hayati

Satwa Langka dan Endemik

Berdasarkan penelitian Burung Indonesia, Gunung Slamet menyimpan kekayaan keanekaragaman hayati yang luar biasa:

Burung:

  • 28 spesies endemik
  • 29 spesies burung sebaran terbatas (BST)
  • 23 spesies dilindungi
  • 8 spesies terancam punah (2 di antaranya kritis)

Mamalia:

  • 3 spesies endemik
  • 8 spesies dilindungi
  • 5 spesies terancam punah

Herpetofauna:

  • 6 spesies endemik
  • 23 spesies dilindungi
  • 1 spesies terancam punah

Spesies Kunci

Beberapa satwa penting yang menjadi penghuni Gunung Slamet antara lain:

  1. Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas) – Terancam kritis
  2. Surili (Presbytis comata) – Primata endemik Jawa
  3. Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) – Burung endemik Jawa yang terancam punah
  4. Edelweis Jawa (Anaphalis javanica) – Flora khas pegunungan tinggi

Dukungan dari Berbagai Kalangan

Kongres Darurat Gunung Slamet

Pada Oktober 2024, puluhan komunitas peduli lingkungan dari lima kabupaten menggelar “Kongres Darurat Gunung Slamet Menuju Taman Nasional” di Karanglewas, Banyumas. Acara ini mendapat dukungan dari Anggota DPD RI Abdul Kholik yang menyatakan siap memfasilitasi aspirasi masyarakat melalui jalur regulasi.

Era Prima Nugraha, penggagas kongres, menyoroti bahwa Gunung Slamet tertinggal jauh dibandingkan Gunung Ciremai yang telah ditetapkan sebagai Taman Nasional sejak 2004. Ia menekankan pentingnya tiga satwa endemik yang terancam punah sebagai dasar penetapan status konservasi tertinggi.

GUNUNG SLAMET

Aspirasi Petani dan Masyarakat Lokal

Solahudin, petani dari Brebes, mengungkapkan keprihatinan terhadap perubahan iklim yang diakibatkan penggundulan hutan. “Petani butuh hutan untuk adanya mata air, dan mata air butuh dijaga juga oleh manusia dengan tidak merusak hutan,” jelasnya.

Suwong, pegiat lingkungan dari Batang, mengusulkan revitalisasi konsep kawasan hutan alam “Sisik Naga” dari Gunung Prau hingga Slamet sebagai koridor hijau untuk menjamin ketersediaan air.

Tantangan dan Kekhawatiran

Perhutanan Sosial vs Taman Nasional

Usulan ini menuai kekhawatiran dari masyarakat yang telah memiliki hak pengelolaan hutan selama 35 tahun melalui Program Perhutanan Sosial (PS). Enam desa di Banyumas – Kalisalak, Melung, Ketenger, Karangmangu, Kemutug Lor, dan Karangsalam Lor – telah menerima Surat Keputusan Perhutanan Sosial untuk mengelola Kawasan Hutan Dengan Pengelolaan Khusus (KHDPK).

Sungging Septivianto, Pendamping Program PS wilayah Banyumas, menyoroti potensi konflik hukum: “Kalau taman nasional berada di areal PS, bisa berujung gugatan ke PTUN.”

Solusi Integratif

Para akademisi dan pegiat lingkungan menekankan pentingnya pendekatan berbasis masyarakat. Barid Hardiyanto dari UIN Saizu Purwokerto menegaskan, “Pengelolaan hutan harus berbasis masyarakat. Ini paradigma baru, masyarakat sekitar hutan harus terlibat pengelolaan.”

Dampak Positif yang Diharapkan

Konservasi Terpadu

Status Taman Nasional diharapkan memberikan perlindungan hukum yang lebih kuat terhadap:

  • Perambahan hutan ilegal
  • Perburuan satwa langka
  • Kerusakan ekosistem pegunungan
  • Degradasi fungsi hidrologi

Pengembangan Ekowisata

Penetapan sebagai Taman Nasional dapat mendorong pengembangan ekowisata berkelanjutan yang melibatkan masyarakat lokal sebagai pemandu wisata pengamatan burung dan alam, seperti yang telah berhasil di kawasan Menoreh.

Ketahanan Air dan Pangan

Pelestarian kawasan hutan Gunung Slamet akan menjamin ketersediaan air yang vital untuk mendukung visi Jawa Tengah sebagai lumbung pangan nasional pada 2026.

Prospek ke Depan

Usulan penetapaan Gunung Slamet sebagai Taman Nasional kini berada di tangan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk dikaji lebih lanjut. Dengan dukungan data ilmiah yang kuat dan aspirasi masyarakat, Gunung Slamet berpotensi menjadi Taman Nasional ke-54 di Indonesia.

Keberhasilan usulan ini akan menjadi milestone penting dalam upaya konservasi keanekaragaman hayati Jawa dan pengembangan pariwisata alam berkelanjutan di Indonesia.

Eksplorasi Bertanggung Jawab

dan Konservasi Berkelanjutan

Kontak Kami

CRC7+FX2, Tegal Gundil, Kec. Bogor Utara, Kota Bogor, Jawa Barat 16152, Indonesia

+(62) 81229545569

adventurealamindonesia@gmail.com

Konservasi Alam © Copyright 2025 | Hak Cipta Dilindungi